DEPOKPOS – Bahasa dan Literasi merupakan dua unsur pembangun bangsa, yang harus di jaga agar keduanya tetap lestari. Di dalam tantangan globalisasi yang semakin merajalela. Selain pemerintah yang berperan aktif, generasi muda juga harus di libatkan. Generasi muda harus menjadi pelopor utama dalam permasalahan ini, dengan membiasakan berbahasa yang baik dan selalu menanamkan kebiasaan berliterasi.
Indonesia saat ini menghadapi krisis literasi yang kompleks, sebagaimana dilansir Kumparan.com. Meski survei PISA 2022 mencatat adanya peningkatan, peringkat literasi Indonesia masih tergolong rendah secara global. Kondisi ini berdampak pada aspek pendidikan, sosial, budaya, hingga ekonomi. Di sisi lain, berita positif datang dari detikNews, yang menyebut bahwa bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa resmi di forum UNESCO. Ini menjadi momentum strategis untuk meningkatkan rasa bangga berbahasa Indonesia sekaligus memperkuat literasi nasional.
Menurut Jae Hyun dalam Jurnal Pendas (2024), pengembangan bahasa Indonesia di era global tidak lepas dari tantangan besar, terutama masuknya pengaruh bahasa asing. Hyun menegaskan bahwa “bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan jati diri bangsa yang harus dilestarikan.” Senada dengan itu, literasi juga bukan sekadar keterampilan membaca, melainkan ilmu yang membentuk masa depan.
Dengan demikian, tantangan globalisasi bukan alasan untuk mengabaikan warisan bahasa dan kebiasaan literasi. Justru, inilah saatnya generasi muda menjadi pionir yang menjadikan bahasa Indonesia tetap hidup dan literasi sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Rifki Sopian
Mahasiswa Universitas Pamulang
