DEPOKPOS – Menurut saya perkembangan teknologi digital telah membawa dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pola pergaulan remaja masa kini. Kemudahan akses terhadap aplikasi digital seperti media sosial, layanan pesan instan, hingga platform video singkat memang menawarkan banyak manfaat. Namun, di balik itu semua, terdapat fenomena yang kian memprihatinkan: pergeseran nilai-nilai sosial, munculnya pergaulan bebas, serta meningkatnya kasus penyimpangan perilaku akibat pengaruh negatif dari aplikasi-aplikasi tersebut.
Remaja berada pada masa pencarian jati diri dan sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Aplikasi digital sering kali menjadi ruang tanpa batas yang mempertemukan mereka dengan berbagai konten, figur publik, atau komunitas yang belum tentu memberikan pengaruh positif. Banyak remaja yang mulai meniru gaya hidup hedonistik, perilaku konsumtif, bahkan menjurus pada tindakan yang melanggar norma sosial maupun hukum.
Salah satu contoh nyata adalah maraknya penggunaan aplikasi live streaming yang tidak terkontrol. Beberapa remaja terjebak dalam upaya mencari pengakuan dan popularitas, hingga rela melakukan hal-hal ekstrem, seperti berpakaian tidak senonoh atau berbicara vulgar demi mendapatkan perhatian dan hadiah virtual. Tidak sedikit pula kasus pertemanan daring yang berujung pada kejahatan, seperti penipuan, eksploitasi seksual, hingga perundungan siber (cyberbullying).
Lebih lanjut, terlalu intens dalam dunia maya membuat banyak remaja menarik diri dari kehidupan sosial nyata. Interaksi tatap muka menurun, empati melemah, dan kemampuan komunikasi lisan terganggu. Di sisi lain, tekanan sosial di media sosial—seperti standar kecantikan, gaya hidup mewah, dan pencapaian yang “dipamerkan”—juga menimbulkan kecemasan, depresi, dan rasa rendah diri.
Saya berpendapat untuk menghadapi situasi ini, peran keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting. Orang tua perlu terlibat aktif dalam mendampingi anak-anaknya menggunakan aplikasi digital dengan bijak. Pendidikan karakter dan literasi digital harus ditanamkan sejak dini, agar remaja dapat memilah informasi, mengendalikan diri, serta bertanggung jawab atas aktivitasnya di dunia maya.
Selain itu, regulasi dari pemerintah dan penyedia platform digital juga diperlukan untuk membatasi penyebaran konten negatif dan memberikan perlindungan kepada pengguna remaja. Kolaborasi semua pihak merupakan kunci dalam menciptakan lingkungan digital yang sehat dan aman.
Aris Eko Setiawan
Fakultas Akuntansi S1 Universitas Pamulang.