DEPOKPOS – Peran perempuan dalam pembangunan bangsa semakin penting dan dibutuhkan. Hal ini terjadi karena perempuan bukan lagi sebatas pengurus rumah tangga, tetapi juga turut aktif di ruang publik, mencari kerja, dan mandiri secara finansial. Dalam hampir setiap bidang, perempuan mulai dapat merambah dan menancapkan eksistensinya.
Perbedaan peran perempuan terjadi seiring berubahnya zaman dan kebutuhan. Perempuan yang dahulu dianggap hanya pantas bekerja di dapur, kini dapat bekerja di luar rumah dan mencari nafkah. Hal ini terjadi bukan hanya demi memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi juga demi aktualisasi diri, kesetaraan, dan perannya sebagai anggota masyarakat yang berguna.
Wanita karier adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut perempuan yang aktif bekerja di luar rumah. Karier bukan hanya berarti mencari uang, tetapi juga merupakan sebuah proses pengembangan diri, mencari kepuasan, dan menjadi mandiri. Dalam perbedaannya, wanita karier juga sering diberi label negatif apabila dianggap melalaikan kewajiban keluarga. Karena itulah, penting sekali bagi wanita karier untuk dapat menjaga keseimbangan peran, sesuai etika, agama, dan kondisi fisiknya.
Selain karier, pendidikan juga menjadi aspek penting demi kemandirian dan kesetaraan perempuan. Hal ini terjadi karena masih hidup anggapan bahwa perempuan tidak perlu belajar terlalu luas. Pandangan tradisional tersebut tidak relevan lagi, karena saat ini bangsa tengah memasuki era teknologi dan globalisasi, sehingga dibutuhkan sumber daya manusia yang unggul, tak terkecuali dari kalangan perempuan.
Pendidikan bukan ukuran gender, tapi ukuran kemampuan dan kualitas manusia. Dalam Islam, belajar merupakan kewajiban setiap manusia, laki-laki dan perempuan, demi mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai pernyataan Al-Abrasyi (1970) bahwa belajar adalah kewajiban bagi setiap Muslim, tanpa dibeda-bedakan berdasarkan jenis kelamin.
Maccoby dan Jacklin (1974) juga menyebut bahwa kesulitan yang terjadi pada perempuan bukan karena kurang kemampuan, tapi lebih disebabkan oleh keterbatasan biaya dan waktu yang tersedia. Hal ini terjadi akibat masih luasnya anggapan bahwa tempat perempuan memang lebih cocok di rumah.
Selain masalah biaya dan waktu, masih banyak orang yang berpandangan bahwa perempuan tidak perlu belajar terlalu luas. Argumen tradisional ini sering didasarkan pada peran domestik perempuan yang dianggap lebih penting. Hal ini tidak hanya merugikan perempuan, tapi juga dapat menjadi hambatan bagi kemajuan bangsa secara keseluruhan.
peran perempuan di era digital bukan lagi sebatas menjadi pengurus rumah tangga, tetapi juga turut aktif dan mandiri di ruang kerja, masyarakat, dan bangsa. Hal ini terjadi karena perempuan juga memiliki potensi, kemampuan, dan kewajiban yang sama dengan laki-laki, baik dari aspek karier, kepemimpinan, dan terutama dari aspek pendidikan. Dengan memberikan akses dan kesetaraan, bangsa akan dapat mencapai kemajuan yang lebih pesat, adil, dan merata, sehingga nantinya dapat tercipta masyarakat yang unggul, harmonis, dan sejahtera.
Nova Ade Tiara
Prodi Sarjanah Akuntansi Universitas Pamulang
