DEPOKPOS – Konflik antara Iran dan Israel telah berlangsung selama beberapa dekade, namun eskalasi terkini—termasuk serangan rudal, dron, dan ancaman pembalasan—menimbulkan kekhawatiran global. Bagi Indonesia, sebagai negara yang bergantung pada perdagangan internasional dan stabilitas ekonomi global, ketegangan di Timur Tengah ini dapat memberikan dampak signifikan. Artikel ini akan membahas potensi tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia akibat perang Iran-Israel, serta langkah-langkah antisipasi yang dapat diambil.
Salah satu efek paling langsung dari konflik Iran-Israel adalah kenaikan harga minyak dunia. Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia, sementara Israel memiliki pengaruh geopolitik yang kuat di kawasan tersebut. Jika konflik mengganggu pasokan minyak dari Teluk Persia atau memicu sanksi baru, harga minyak mentah (seperti Brent dan WTI) bisa melonjak.
Selat Hormuz—jalur laut vital di dekat Iran—merupakan pintu bagi sekitar 20% pasokan minyak dunia. Jika konflik menyebabkan blokade atau gangguan di wilayah ini, ekspor dan impor Indonesia bisa terhambat. Selain itu, kenaikan biaya pengiriman akibat risiko keamanan akan menambah beban bagi industri yang bergantung pada bahan baku impor.
Kenaikan harga minyak dan terganggunya rantai pasok dapat mendorong inflasi, terutama pada harga bahan pokok dan transportasi. Jika inflasi tidak terkendali, daya beli masyarakat—terutama kelompok menengah ke bawah—akan menurun, berpotensi memicu ketidakstabilan sosial.
Perang antara Iran dan Israel bukan hanya konflik regional, tetapi juga memiliki implikasi global, termasuk bagi perekonomian Indonesia. Kenaikan harga energi, gangguan rantai pasok, dan gejolak pasar keuangan adalah beberapa tantangan yang harus diwaspadai. Dengan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat meminimalkan dampaknya dan menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.
Ghalih Fadlan Azzayyan
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
