Minim Literasi bikin Salah Paham

DEPOKPOS – Literasi berperan penting bagi setiap orang dalam memahami berbagai persoalan. mulai dari berkomunikasi dan memahami informasi dari berbagai sumber. Namun masyarakat indonesia masih sedikit sekali yang gemar dalam literasi. Hal ini tentu saja masyarakat dicap sebagai rendah dalam berliterasi. Rendahnya literasi dapat menyebabkan terjadinya mis informasi. Masyarakat yang tidak memiliki keterampilan literasi yang memadai akan lebih mudah percaya pada informasi yang tidak terverifikasi. Ini menyebabkan kesalahpahaman dan ketidakmampuan untuk memeriksa kebenaran sumber informasi, salah satunya media sosial.

Media sosial kini tak lepas dari generasi muda yang mengaksesnya tiap hari, untuk mencari hiburan dan informasi. Namun dalam memuat informasi pada media sosial tak jarang sekali mereka salah tanggap dalam menyerap informasi. Dan berakhir melontarkan hujatan lebih dulu dibandingkan membaca rangkaian kronologi. Hal ini disebabkan minimnya literasi masyarakat ataupun generasi muda yang kurang tertarik dalam membaca.

Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, yakni hanya 0,001% dari banyak nya jumlah penduduk warga indonesia. Dengan kata lain hanya 1 orang yang minat dalam membaca dari 1.000 orang Indonesia. tentu saja hal ini sangat mengkhawatirkan, lantaran masyarakat indonesia jadi minim akan pengetahuan dan sumber informasi yang didapatkan.

Bacaan Lainnya

Mengutip dari data lain yang ditemukan, dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang rajin membaca buku. dari data tersebut, terlihat bahwa minat literasi di Indonesia sangat kecil. Dikarenakan kurangnya motivasi untuk membaca, lalu kehadiran teknologi digital yang sangat memengaruhi pada literasi di era sekarang. Kebanyakan mereka lebih memilih mencari informasi secara instan di media sosial.

Namun, tanpa disadari informasi di media sosial belum tentu jelas kebenarannya. Tak jarang sekali masyarakat indonesia mudah terkecoh dengan informasi di media sosial. Contohnya baru baru ini ada sebuah postingan berita di media sosial yang membahas tentang pembatasan gratis ongkir e-commerce menjadi 3 hari dalam sebulan. pada akun berita tersebut tidak dijelaskan dengan lengkap mengapa pembatasan gratis ongkir itu bisa terjadi. alhasil netizen menjadi salah paham mengenai informasi tersebut. Padahal berita yang sebenarnya pembatasan gratis ongkir itu ditujukan pada potongan ongkir dari pihak kurir, jadi konsumen tetap bisa mendapatkan gratis ongkir setiap hari untuk berbelanja di e-commerce. dari berita tersebut netizen pun salah paham dengan informasi tersebut. tanpa pikir panjang pun mereka langsung berkomentar negatif dan melontarkan hujatan.

Dari contoh kasus tersebut bisa terlihat bahwa masyarakat indonesia sangat rendah dalam literasi. Karena mereka tidak mencari kebenaran informasi yang didapatkan dan langsung mudah percaya pada satu situs postingan informasi itu. lalu pada laman postingan informasi diatas juga tidak memaparkan informasi dengan lengkap dan mungkin tidak menyaring informasi dengan baik dengan didukung oleh sumber- sumber terpercaya. Hal ini dapat menciptakan situasi yang panas di media sosial karena netizen berteguh pada argumen nya masing masing. Sangat mengkhawatirkan jikalau kedepannya akan berlanjut seperti itu jika masyarakat indonesia rendah dalam literasi.

Ailsa Cahyarani

Pos terkait