Kesenjangan Pendidikan sebagai Isu Humaniora: Refleksi Peran Media Massa dalam Pemberitaan

Isu humaniora berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hak, martabat, keadilan, dan kesejahteraan

DEPOKPOS – Pendidikan adalah hak dasar setiap warga negara yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945. Namun, di balik janji konstitusi tersebut, masih terjadi kesenjangan yang mencolok dalam akses dan kualitas pendidikan di Indonesia. Ketimpangan ini menjadi bagian penting dari isu humaniora karena menyangkut nilai-nilai keadilan, martabat manusia, dan hak asasi setiap individu. Dalam konteks ini, media massa memiliki peran strategis untuk menyuarakan ketimpangan tersebut ke ruang publik.

Isu Humaniora dan Jurnalisme Humaniora: Kerangka Konseptual

Isu humaniora berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hak, martabat, keadilan, dan kesejahteraan. Dalam konteks pendidikan, humaniora menyoroti bagaimana sistem dan kebijakan berdampak pada perkembangan manusia secara menyeluruh. Sementara itu, jurnalisme humaniora merupakan pendekatan jurnalistik yang menempatkan nilai kemanusiaan sebagai pusat perhatian, menggunakan narasi personal, empati, dan refleksi untuk menyuarakan suara kelompok marginal dan memperjuangkan keadilan sosial.

Kesenjangan Pendidikan sebagai Isu Humaniora

Kesenjangan pendidikan di Indonesia terjadi dalam berbagai dimensi: geografis, ekonomi, dan sosial. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2023 menunjukkan bahwa daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) masih menghadapi keterbatasan sarana prasarana pendidikan, kurangnya guru berkualitas, dan rendahnya akses internet. Misalnya, dalam laporan Kompas (2023), disebutkan bahwa banyak siswa di wilayah Papua masih belajar di bawah tenda darurat karena gedung sekolah rusak dan belum diperbaiki.

Bacaan Lainnya

Tidak hanya di wilayah timur, daerah pesisir Sumatra dan perbatasan Kalimantan juga mengalami tantangan serupa. Dalam beberapa kasus, anak-anak harus menempuh perjalanan jauh dan berbahaya hanya untuk mencapai sekolah dasar terdekat.

Fenomena ini memperlihatkan bahwa pendidikan belum sepenuhnya merata, dan masyarakat di wilayah tertentu masih mengalami diskriminasi struktural dalam pemenuhan haknya. Dalam perspektif humaniora, ketidaksetaraan ini merupakan bentuk pelanggaran terhadap prinsip dasar kemanusiaan: bahwa setiap individu memiliki hak untuk berkembang dan memperoleh pendidikan yang layak.

Menurut data BPS tahun 2022, indeks pembangunan manusia (IPM) di DKI Jakarta mencapai 81,65, jauh di atas Papua yang hanya 60,62. Selisih ini mencerminkan ketimpangan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, yang merupakan komponen utama IPM.

Peran dan Tantangan Media Massa

Media memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi publik dan mendorong perubahan sosial. Sayangnya, liputan mendalam tentang kesenjangan pendidikan masih sangat terbatas. Kajian oleh Lembaga Kajian Media Remotivi (2021) menyebutkan bahwa media arus utama lebih sering memuat berita pendidikan yang bersifat administratif dan elitis, seperti kebijakan ujian nasional, ranking sekolah, atau skor PISA, sementara suara dari masyarakat akar rumput sering terabaikan.

Selain itu, pemberitaan yang berorientasi pada klik (clickbait) dan logika pasar membuat isu-isu humaniora seperti kesenjangan pendidikan tidak mendapatkan ruang yang layak. Juwita dan Hidayat (2020) dalam jurnal Komunikasi dan Media mengungkapkan bahwa hanya 12% dari berita pendidikan dalam tiga media nasional yang menyoroti isu ketimpangan dan keadilan sosial.

Sebagai solusi, media dapat bekerja sama dengan LSM pendidikan untuk mendapatkan akses ke data lapangan, melakukan pelatihan jurnalisme empatik, dan mengembangkan rubrik khusus pendidikan inklusif. Peliputan kolaboratif antara media arus utama dan media lokal juga bisa menjadi strategi efektif untuk memperluas cakupan dan kedalaman pemberitaan.

Harapan: Mendorong Jurnalisme Pendidikan yang Berperspektif Kemanusiaan

Untuk menjawab tantangan ini, dibutuhkan pendekatan baru dalam praktik jurnalisme pendidikan. Konsep jurnalisme humaniora menekankan pentingnya empati, narasi personal, dan pendekatan reflektif terhadap isu-isu kemanusiaan. Liputan tentang perjuangan siswa di daerah terpencil, guru honorer yang berdedikasi tinggi, atau komunitas lokal yang membangun sekolah secara swadaya adalah contoh cerita yang tidak hanya informatif, tetapi juga membangkitkan kesadaran sosial.

Beberapa media alternatif seperti The Conversation Indonesia, Beritagar, dan Tirto.id telah mulai mengembangkan model jurnalisme ini dengan pendekatan yang lebih analitis dan humanis. Upaya ini perlu diperluas dan didukung oleh kebijakan redaksi serta partisipasi aktif masyarakat.

Kesenjangan pendidikan adalah isu humaniora yang mendesak. Ia menyangkut keadilan, kesetaraan, dan masa depan generasi bangsa. Media massa memiliki tanggung jawab moral untuk mengangkat isu ini secara berkelanjutan dan mendalam. Melalui jurnalisme yang berpihak pada nilai kemanusiaan, media tidak hanya menjalankan fungsi informatif, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial yang sesungguhnya.

Amanda Chelsea Aulia
Mahasiswa Universitas Pamulang

Pos terkait