Generasi Sandwich: Tanggung Jawab Berlapis di Tengah Dinamika Sosial Ekonomi Modern

Generasi sandwich adalah mereka yang berada di “tengah-tengah”, menjembatani dua lapisan usia—generasi atas (orang tua) dan generasi bawah (anak-anak)

DEPOKPOS – Dalam kehidupan masyarakat modern yang semakin kompleks, muncul satu kelompok generasi yang berada dalam posisi sangat menantang, yakni generasi sandwich. Mereka adalah individu yang “terjepit” secara ekonomi dan emosional karena harus menanggung beban merawat dua generasi sekaligus: orang tua yang menua dan anak-anak yang masih bergantung.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy Miller pada tahun 1981, seorang profesor di bidang pekerjaan sosial dari Amerika Serikat. Pada mulanya, istilah ini digunakan untuk menggambarkan perempuan usia paruh baya yang harus mengurus orang tua lanjut usia sekaligus anak-anak yang belum dewasa.

Namun seiring waktu, konsep generasi sandwich berkembang, baik dalam konteks budaya maupun tantangan yang dihadapi. Istilah ini akhirnya masuk ke dalam kamus Merriam-Webster pada tahun 2016 dan hingga kini, menjadi bagian dari diskusi global mengenai kesehatan mental, stabilitas keuangan, dan kesejahteraan sosial keluarga.

Secara sederhana, generasi sandwich adalah mereka yang berada di “tengah-tengah”, menjembatani dua lapisan usia—generasi atas (orang tua) dan generasi bawah (anak-anak). Namun, definisi ini kini meluas. Generasi sandwich juga bisa mencakup mereka yang menopang keponakan, cucu, atau bahkan saudara kandung yang belum mandiri karena berbagai alasan, seperti disabilitas, perceraian, atau pengangguran.

Generasi ini biasanya terdiri dari individu berusia antara 30 hingga 50 tahun, fase kehidupan di mana mereka sedang berada dalam puncak karier dan produktivitas. Namun ironisnya, fase ini justru sering terasa paling melelahkan karena beban tanggung jawab yang berlapis, baik secara finansial maupun emosional.

Faktor-Faktor yang Melahirkan Generasi Sandwich

1. Peningkatan Usia Harapan Hidup
Kemajuan teknologi medis membuat usia harapan hidup manusia meningkat. Orang tua hidup lebih lama, namun sering kali menghadapi masalah kesehatan kronis yang memerlukan perhatian khusus dan biaya tinggi. Generasi tengah harus mengurus mereka di usia tua, di saat yang sama juga mengurus anak-anak yang masih butuh biaya pendidikan dan kebutuhan pokok.

2. Krisis Ekonomi dan Biaya Hidup Tinggi
Biaya hidup yang semakin tinggi, termasuk biaya rumah, pendidikan, dan layanan kesehatan, menyebabkan banyak anak muda sulit untuk cepat mandiri. Mereka cenderung tinggal lebih dengan orang tua dan belum mampu berdiri di atas kaki sendiri secara finansial. Hal ini menambah beban generasi tengah yang menjadi tulang punggung.

3. Kurangnya Literasi Keuangan di Generasi Sebelumnya
Salah satu faktor utama dari lahirnya generasi sandwich adalah minimnya literasi keuangan generasi terdahulu. Banyak orang tua yang tidak mempersiapkan dana pensiun atau asuransi kesehatan, sehingga bergantung pada anak saat memasuki usia tidak produktif. Hal ini secara langsung menambah beban generasi berikutnya.

4. Nilai Budaya dan Kewajiban Moral
Dalam banyak budaya, termasuk Indonesia, ada nilai-nilai moral dan tradisi yang kuat tentang bakti kepada orang tua. Meskipun ini adalah nilai luhur, namun dalam praktiknya bisa menimbulkan beban tambahan bagi generasi sandwich, terutama jika tidak diiringi kesiapan finansial dan dukungan.

Dampak bagi Generasi Sandwich

1. Dampak Finansial
Generasi sandwich memiliki tanggungan finansial berlapis. Mereka harus membayar biaya pendidikan anak, kebutuhan sehari-hari keluarga, cicilan rumah atau kendaraan, serta biaya perawatan orang tua yang bisa mencakup obat-obatan, rawat inap, hingga perawatan jangka panjang. Tidak sedikit dari mereka yang harus mengorbankan tabungan pribadi dan pensiun demi membiayai kebutuhan ini.

2. Dampak Emosional dan Mental
Tekanan emosional yang dihadapi generasi sandwich sangat besar. Mereka kerap dilanda rasa bersalah ketika merasa tidak bisa memberikan perhatian yang cukup baik pada anak maupun orang tua. Kelelahan fisik dan psikis menjadi hal yang umum terjadi, dan jika tidak ditangani dengan baik, dapat berkembang menjadi stres kronis, gangguan kecemasan, hingga depresi.

3. Dampak Sosial dan Karier
Banyak dari generasi sandwich yang mengalami keterbatasan dalam membangun jaringan sosial atau mengembangkan karier karena waktu dan energi mereka habis untuk memenuhi tanggung jawab keluarga. Sebagian bahkan memilih meninggalkan pekerjaan atau menolak promosi karena tidak mampu menambah beban di luar rumah.

4. Dampak terhadap Generasi Selanjutnya
Tanpa strategi yang baik, beban generasi sandwich bisa “menurun” ke generasi berikutnya, menciptakan siklus tak berujung. Anak-anak yang tumbuh dalam rumah tangga penuh tekanan bisa mengalami kesulitan emosional dan tumbuh dengan persepsi negatif terhadap tanggung jawab keluarga.

Strategi dan Solusi Menghadapi Tantangan

1. Perencanaan Keuangan yang Matang
Generasi sandwich harus menyusun anggaran bulanan secara realistis, membuat prioritas pengeluaran, serta mulai menyiapkan dana darurat dan dana pensiun sedini mungkin. Menggunakan jasa perencana keuangan profesional bisa menjadi langkah bijak untuk membantu mengatur strategi jangka panjang.

2. Komunikasi Terbuka dalam Keluarga
Komunikasi adalah fondasi penting dalam keluarga sandwich. Diskusi terbuka dengan pasangan, anak-anak, dan orang tua mengenai kondisi keuangan, pembagian peran, serta batas kemampuan masing-masing sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman.

3. Memanfaatkan Dukungan Sosial dan Pemerintah
Pemerintah dan lembaga sosial memiliki berbagai program bantuan, mulai dari asuransi kesehatan BPJS, program Keluarga Harapan, hingga pelatihan keterampilan. Generasi sandwich perlu proaktif mencari informasi dan memanfaatkan program yang tersedia.

4. Menjaga Kesehatan Mental
Mengalokasikan waktu untuk diri sendiri, berolahraga, meditasi, hingga berkonsultasi dengan psikolog adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental. Jangan anggap remeh kelelahan emosional—kesejahteraan pribadi adalah pondasi dalam merawat orang lain.

5. Melibatkan Anak dalam Pendidikan Keuangan
Mengajarkan literasi keuangan sejak dini kepada anak akan membantu mereka menjadi lebih mandiri di masa depan, sehingga tidak mengulang siklus generasi sandwich. Ajarkan konsep menabung, investasi, dan nilai dari uang sejak kecil.

Syafina Faza Utami
Mahasiswa S1 Akuntansi – Universitas Pamulang

Pos terkait