Fakta-fakta Longsor Tambang di Cirebon yang Tewaskan 13 Orang

Petaka terjadi di kawasan tambang batu galian C Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon pada Jumat (30/5). Bencana longsor menewaskan belasan orang di sana.

Sejauh ini, dilaporkan sudah tiga kali longsor susulan terjadi. Hal ini menghambat proses evakuasi yang dilakukan.

Berikut hal yang sejauh ini diketahui terkait bencana tersebut:

Bacaan Lainnya

13 Orang Tewas

Setelah longsor terjadi, evakuasi dilakukan. Sebab, dilaporkan ada puluhan pekerja yang terdampak longsoran itu. Longsor juga menyebabkan tujuh unit mobil dump truk dan tiga unit ekskavator terkubur oleh material longsoran.

Hingga Jumat malam, saat proses evakuasi dihentikan pukul 18.00 WIB, 13 orang ditemukan dalam kondisi tewas.

“Insyaallah, besok pagi evakuasi akan dilanjutkan,” kata Kapolsek Arjawinangun, Kompol Sumairi, kemarin.

Seluruh jenazah dibawa ke Rumah Sakit Arjawinangun dan berhasil diidentifikasi.
9 Orang Dievakuasi dalam Kondisi Selamat

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan mengatakan sebanyak sembilan korban yang sempat tertimbun longsoran berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat. mereka dirawat di Rumah Sakit Sumber Hurip.

Sembilan korban selamat:

Rion Firmansyah-Warga Gunung Santri, Kepuh, Palimanan;
Rio-Warga Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang;
Rino-Warga Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang;
Siswanto-Warga Leuwimunding, Majalengka;
Suwadi-Warga Girinata, Kecamatan Dukupuntang;
Ervan Hardiansyah-Warga Blok Silih Asih, Kecamatan pabedilan;
Aji-Warga Desa Beberan, Kecamatan Palimanan;
Safitri-Warga Kertajati, Majalengka;
Abdul Rohim-Warga Kertajati, Majalengka.

DEPOKPOS – “Pendataan dan proses evakuasi masih terus berlangsung, pihak kepolisian bersama unsur TNI, BPBD, dan Relawan tengah melakukan pencarian lanjutan di lokasi kejadian untuk memastikan tidak ada korban lain yang tertinggal,” tutur Hendra dalam keterangannya, Jumat (30/5).

Salah Metode Pertambangan

Kepala Dinas ESDM Jawa Barat Bambang Tirto Yuliono mengatakan, penyebab longsor berasal dari kesalahan dalam metode penambangan. Seharusnya metode penambangan dilakukan dari atas, dan membentuknya seperti terasering.

“Ini ada sebuah kesalahan dalam metode penambangannya. Seharusnya dengan jenis batuan seperti ini dilakukan dari atas. Lakukan ke arah terasering. Bukan dari bawah. Ini sudah diperingatkan oleh inspektur tambang,” tutur Bambang kemarin.

ESDM Jabar juga sudah melakukan peringatan secara berulang kali kepada para penambang, tetapi diabaikan. Bambang mengatakan, garis polisi juga telah dipasang untuk mencegah kegiatan penambangan sebelum longsor terjadi.

“Poinnya adalah memperingati berkali-kali dan kemudian sudah bahkan diperingatkan agak keras. Bahkan Ibu Kapolres sudah melakukan police line sebelum kejadian longsor ini,” ujarnya.

Kesaksian Pekerja

Salah seorang pekerja, Saripudin (57), menceritakan mengenai aktivitas dan kondisi di area galian tersebut. Ia mengaku telah bekerja di lokasi sejak 2006.

“Alhamdulillah penghasilan di sini cukup, bahkan lebih untuk kebutuhan keluarga,” kata Saripudin kepada wartawan.

Saripudin yang berprofesi sebagai sopir menuturkan, kegiatan utama di area tersebut adalah pengambilan material untuk urugan dan semen.

“Saya hanya menunggu muatan Beko, lalu mengangkutnya ke truk,” katanya.

Waktu kerja di lokasi galian, biasanya berlangsung dari pukul 07.00 pagi hingga 17.00 WIB.

“Dulu pernah sampai malam, tapi sekarang tidak lagi. Kalau sudah jam 6 sore, itu istilahnya ‘gantungan’ untuk besok pagi,” jelasnya.

Saripudin menyebut, pengambilan material selalu dilakukan dengan Beko, tanpa menggunakan bahan peledak. “Alhamdulillah tidak ada yang pakai bahan peledak,” tegasnya.

Tambang Akan Ditutup Permanen

Bambang Tirto Yuliono mengatakan pihaknya akan menutup permanen tambang tersebut.

“Sore hari ini saya tutup sementara dan nanti mungkin malam oleh Pak Gubernur (Dedi Mulyadi) akan ditutup permanen. Kira-kira begitu ya,” kata Bambang, kepala Dinas ESDM Jabar.

Pos terkait